VENEWS.ID- Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Provinsi Sumatera Selatan melaksanakan pameran warisan budaya pada tanggal 3-5 Agustus 2024 di Atrium Opi Mall, Palembang. Pameran ini merupakan wujud upaya pelestarian warisan budaya yang dimiliki oleh Sumatera Selatan, khususnya warisan budaya yang berkaitan dengan pengetahuan tradisional dalam pengolahan bahan makanan.
Pameran ini penting untuk dilakukan mengingat Sumatera Selatan adalah daerah yang kaya akan warisan makanan tradisional. Kekayaan itu terus terawat hingga berabad-abad hingga terus dikenal oleh masyarakat saat ini. Bahkan, saat ini telah terdapat beberapa makanan tradisional di Sumatera Selatan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia seperti pempek, bolu lapan jam, pindang, hingga tempoyak. Makanan-makanan ini telah diakui sebagai warisan budaya secara nasional.
Menurut Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI, Kristanto Januardi, pameran ini adalah bagian dari upaya pelindungan warisan budaya di Sumatera Selatan. Jika merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pelindungan warisan budaya dapat dilakukan dengan 4 cara, yakni inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan, dan publikasi. Khususnya pada tahapan publikasi, diseminasi informasi tentang warisan budaya disebarkan kepada masyarakat luas dilakukan melalui berbagai upaya, salah satunya adalah pameran.
“Pameran warisan raso ini adalah wujud kekayaan pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat di Sumatera Selatan. Pameran ini tidak hanya sekadar menampilkan kekayaan makanan tradisional secara fisik, melainkan juga sebagai wadah bagi masyarakat di Sumatera Selatan untuk mengenal secara lebih mendalam setiap olahan makanan yang diwarisi secara turun-temurun,” kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI, Kristanto Januardi.
Melalui pameran ini, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI mencoba membangkitkan ruang ingatan masa lampau masyarakat di Sumatera Selatan melalui sajian ragam kuliner. Selain itu, melalui pameran ini diharapkan akan semakin banyak generasi muda yang mengenal olahan makanan tradisional yang dimiliki
“Generasi muda adalah bagian penting dalam upaya pelestarian warisan budaya di Sumatera Selatan. Melalui pameran yang dikemas secara unik dan menarik, diharapkan generasi muda dapat mengenali, memahami, dan turut merawat warisan budaya yang dimiliki oleh Sumatera Selatan, khususnya dibidang kuliner atau makanan tradisional,” ujar Kristanto.
Makanan langka hingga kekinian
Pada pameran tahun ini, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI akan menghadirkan ragam makanan tradisional yang mewakili 17 kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Pameran ini dikemas dengan cara berbeda, yakni memadukan duplikasi makanan dan makanan
Duplikasi atau replika makanan sengaja dibuat secara khusus menyerupai makanan asli. Replika ini dibuat dengan menggunakan bahan resin dengan keakuratan warna dan bentuk makanan semirip mungkin. Dengan menggunakan konsep replika, pameran kuliner akan menghadirkan objek warisan budaya masa lampau berbalut karya
Replika makanan ini akan dipadukan dengan makanan asli yang juga akan ditampilkan dalam pameran. Makanan asli ini dapat dicoba oleh pengunjung secara gratis guna mengenalkan dan membangkitkan kembali memori kolektif masyarakat terhadap makanan tradisional masa lampau di Sumatera Selatan.
Objek makanan tradisional yang akan dipamerkan antara lain adalah kue engkok, tahok tutok, sagarurung, lemang, bawak gulai, hingga bolu lapan jam. Selain itu, ragam makanan yang kini masih eksis seperti pempek, laksan, hingga kue gandus juga turut dipamerkan.
Dalam pameran ini, masyarakat Sumatera Selatan dapat mengenali kembali warisan olah rasa dari ragam perpaduan budaya. Pameran ini juga diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat masyarakat untuk menghadirkan olahan makanan tradisional dalam ragam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Ruang budaya
Selain menghadirkan makanan tradisional, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI juga memanfaatkan pameran ini sebagai ruang budaya bagi para seniman dan budayawan. Ragam kegiatan kebudayaan akan dihadirkan sejak hari pertama hingga hari terakhir pameran.
Kesenian tradisional seperti tari tanggai, tari erai-erai, tari lading, hingga pertunjukan dulmuluk turut ditampilkan disela aktivitas pameran. Warisan budaya Sumatera Selatan lainnya seperti serambe, kelentangan, rejung, hingga ande-ande juga akan turut ditampilkan. Masyarakat bahkan juga dapat mempelajari permainan tradisional cuki yang akan disajikan dalam kegiatan pameran ini. Hiburan kontemporer seperti pertunjukan dari Hutan Tropis dan Orkes Penampil Terakhir juga dapat dinikmati oleh masyarakat secara gratis.
Kegiatan pameran ini juga akan diiringi oleh lomba Batanghari 9 yang akan diikuti oleh para peserta didik jenjang SMA di Sumatera Selatan. Lomba ini merupakan wujud regenerasi seni pertunjukan Tembang Batanghari Sembilan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2014 lalu.
Selain ragam pertunjukan yang dapat menjadi sarana hiburan bagi masyarakat umum, disela kegiatan pameran juga akan dilakukan seminar pemberdayaan seniman tradisi. Seminar ini akan dihadiri oleh 50 seniman dan budayawan di Kota Palembang yang akan mendiskusikan upaya bersama dalam membentuk ekosistem seni dan budaya di Sumatera Selatan.
Menurut Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI, Kristanto Januardi, rangkaian kegiatan pameran ini secara menyeluruh diharapkan dapat menjadi pemantik dan memberikan dampak positif bagi upaya pelestarian warisan budaya Sumatera Selatan. Sebagai daerah yang memiliki kekayaan warisan budaya, dibutuhkan kesadaran dan kolaborasi bersama antara masyarakat, pemerintah, swasta, dan media dalam mengelola setiap ruang budaya yang ada.(why)