Home Palembang Wali Kota Palembang Ratu Dewa dampingi Komisi VIII DPR RI di Tuan...

Wali Kota Palembang Ratu Dewa dampingi Komisi VIII DPR RI di Tuan Kentang, bahas asal usul dan janji angkat usaha Songket Lokal

9
0

PALEMBANG- Griya Kain Tuan Kentang, sentra kerajinan tenun songket dan kain jumputan yang telah menjadi ikon budaya Kota Palembang, kembali menjadi sorotan nasional.

Selasa (2/12/2026), rombongan Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Dr. Evita Nursanty ketua Tim komisi VII, Putra Nababan, Bayu Biru Djarot, Drs. Gandung Pardiman, MM, Drs. H. MujakirJuhri, Rycko Menoza, MBA, Dr. H. Jerry Rom Dony, Jamal Mirdad, Dr. Rico Sia, Yoyok Riyo Sudibyo, Siti Mukaromah S.AG, M.AP, H. Alifudin SE.MM, Dina Lorenza Audria S.IP, Iman Adinugraha SE, Athari Ghauthi Ardi SH, R. Gugen Trisasono, M. Satori, Sofyan Danuar, Piet Cintya, Risky Amelia, Yoga Achmad Fauzan dan Tedy Sunaryo, melakukan kunjungan kerja ke lokasi tersebut dalam rangka menyerap aspirasi pelaku usaha sekaligus meninjau langsung perkembangan industri kreatif berbasis budaya lokal.

Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Ketua Tim Komisi VIII DPR RI dan disambut hangat oleh Wali Kota Palembang, Drs. Ratu Dewa, M.Si, bersama jajaran kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Dalam suasana akrab dan penuh kekeluargaan, diskusi terbuka pun digelar di tengah para pelaku usaha dan pengrajin kain tradisional.

Salah satu hal yang menarik perhatian rombongan Komisi VIII adalah nama unik dari lokasi kunjungan, yakni “Tuan Kentang”. Ketua rombongan menyampaikan rasa penasarannya terhadap asal-usul nama tersebut.

“Griya Kain Tuan Kentang ini sangat unik, bahkan dari namanya saja sudah membuat kami penasaran. Apa sebenarnya makna di balik nama Tuan Kentang?” ujar salah satu anggota Komisi VII Dr. Evita Nursanty.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Ratu Dewa menjelaskan bahwa berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, nama “Tuan Kentang” diyakini berasal dari gelar kehormatan “Tuan Wangkang”, yang disematkan kepada seorang saudagar kaya pemilik kapal dagang pada masa lampau.

Seiring waktu, penyebutan “Wangkang” berubah menjadi “Kentang”, dan nama tersebut melekat hingga kini sebagai identitas kawasan yang sarat nilai sejarah dan budaya.

Dalam paparannya, Ratu Dewa menyampaikan bahwa Griya Kain Tuan Kentang telah berdiri sejak tahun 1980-an dan kini telah berusia lebih dari 40 tahun.

Sentra ini menjadi rumah bagi para pengrajin kain jumputan dan songket, serta menjadi pusat inovasi dan pemasaran produk wastra khas Palembang.

“Kami sangat membutuhkan dukungan dari Komisi VIII agar pelaku usaha di sini bisa terus berkembang. Kami ingin hasil UMKM Palembang, khususnya kerajinan songket dan jumputan, bisa menembus pasar nasional bahkan internasional,” tegas Ratu Dewa.

Ia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah pusat dalam memberikan dukungan regulasi, fasilitasi teknologi, akses energi, serta program peningkatan kapasitas usaha.

Menurutnya, kolaborasi antara pusat dan daerah sangat krusial dalam menjaga keberlangsungan warisan budaya sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Kota Palembang bersama DPR RI berkomitmen untuk terus mendorong pelestarian budaya melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Kami tidak ingin hanya berhenti pada kunjungan ini. Kami ingin ada tindak lanjut nyata, agar Tuan Kentang menjadi pusat unggulan kerajinan nasional,” pungkas Ratu Dewa.

Komisi VIII DPR RI menyatakan komitmennya untuk membantu mengangkat derajat usaha kerajinan lokal di Tuan Kentang.

Mereka menilai bahwa keberadaan sentra kerajinan ini bukan hanya penting dari sisi ekonomi, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai budaya dan identitas bangsa.

“Ini adalah warisan budaya yang sangat berharga. Kami akan mendorong kementerian terkait, termasuk Kementerian Sosial dan Kementerian Koperasi dan UKM, untuk memberikan perhatian lebih kepada pelaku usaha di sini,” ujar Ketua Tim Komisi VIII.

Ia juga menekankan pentingnya regenerasi pengrajin. Menurutnya, tantangan ke depan adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi menenun dan mengembangkan kerajinan tangan sebagai bagian dari gaya hidup dan kebanggaan lokal.

“Kami ingin anak-anak muda Palembang mencintai dan melestarikan warisan budaya ini. Jangan sampai songket dan jumputan hanya menjadi cerita masa lalu,” tambahnya.

Griya Kain Tuan Kentang telah menjadi simbol ketahanan budaya di tengah arus modernisasi. Selain menjadi pusat produksi, tempat ini juga menjadi ruang edukasi dan promosi budaya.

Pada Agustus lalu, sentra ini mendapat kehormatan sebagai tuan rumah acara “Swarna Songket Nusantara” yang dihadiri oleh Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda), sebagai bagian dari upaya mempromosikan kekayaan wastra Indonesia.

Dengan kunjungan Komisi VIII DPR RI ini, diharapkan akan ada langkah konkret dari pemerintah pusat untuk memperkuat ekosistem usaha kerajinan lokal, mulai dari pelatihan, pendampingan, hingga akses pasar dan pembiayaan.

Kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara pemerintah pusat dan daerah sangat penting dalam menjaga dan mengembangkan potensi lokal.(ril)

Previous articlePalembang Raih Penghargaan Nasional atas Keberhasilan Penanggulangan Kemiskinan
Next articlePalembang Bangun Rumah Sehat Baznas Pertama di Sumsel: Layanan Tanpa Kasir untuk Dhuafa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here