VENEWS Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XV Sumatera Selatan yang digelar di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) kembali diterpa kontroversi serius. Setelah sebelumnya muncul dugaan penggunaan atlet luar daerah di cabang olahraga atletik, kini sorotan tajam mengarah ke cabang olahraga digital yang tengah naik daun: Esports.
Tuan rumah MUBA dituding kembali menurunkan atlet dari luar provinsi, yakni Vincent Frandica Suwnadhi, seorang pemain profesional Mobile Legends asal Jonggol, Jawa Barat. Vincent, yang dikenal luas di kalangan penggemar Esports dengan nama panggung RBL Vincent, memiliki reputasi sebagai Jungler andal dengan penguasaan hero-hero sulit seperti Fanny dan Fredrinn. Kehadirannya dalam kontingen MUBA memicu pertanyaan besar tentang keabsahan status keikutsertaannya.
Vincent tercatat sebagai pemain aktif dalam tim profesional Rebellion Zion, setelah sebelumnya memperkuat Rebellion Sinai pada musim 2022–2023. Dengan latar belakang sebagai pro player nasional, keikutsertaannya dalam ajang olahraga tingkat provinsi yang seharusnya diperuntukkan bagi atlet binaan daerah, dianggap mencederai semangat sportivitas dan keadilan kompetisi.
Ketua Harian KONI Kota Palembang, Ali Ruben, SH, MH, yang juga menjabat sebagai ketua kontingen, menyampaikan kecaman keras terhadap dugaan pelanggaran tersebut. “Kami sangat kecewa. Porprov adalah panggung bagi atlet lokal untuk menunjukkan kemampuan dan membawa nama daerah. Menggunakan atlet luar daerah, apalagi yang sudah berstatus profesional, adalah tindakan tidak sportif,” tegas Ruben.
Ia juga mendesak KONI Provinsi Sumatera Selatan untuk segera melakukan investigasi menyeluruh. “Jika terbukti, atlet tersebut harus didiskualifikasi dan kontingen MUBA dikenakan sanksi administratif. Ini bukan hanya soal medali, tapi soal integritas penyelenggaraan olahraga daerah,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak KONI MUBA maupun panitia pelaksana Porprov XV terkait tudingan tersebut. Ketidakjelasan ini semakin memperburuk citra tuan rumah, yang sebelumnya juga disorot karena dugaan penggunaan atlet luar provinsi di cabang atletik.
Kontroversi ini menambah daftar panjang pertanyaan publik mengenai mekanisme verifikasi atlet dalam Porprov, serta efektivitas regulasi yang mengatur keikutsertaan peserta. Banyak pihak menilai bahwa jika tidak segera ditangani, kasus-kasus seperti ini dapat merusak kredibilitas ajang olahraga daerah dan memicu ketidakpercayaan antar kontingen.(ril)







